16++ Busana Akhlak Jawa Timur – Warisan Pakaian Tradisional, Gambar & Klarifikasi
Pakaian Adat Jawa Timur – Provinsi yang terletak di timur Pulau Jawa ini mempunyai penduduk dengan jumlah kedua paling besar di Indonesia sehabis Jawa Barat. Selain bagian timur pulau Jawa, kawasan Jawa Timur juga meliputi Pulau Bawean, Pulau Madura, Pulau Kangean, dan beberapa pulau kecil lainnya.
Beberapa kota besar di Jawa Timur adalah kota yang sibuk dan menjadi sentra ekonomi di tanah air. Kota besar di Jawa Timur mirip Surabaya adalah salah kawasan yang menjadi tujuan perantauan dan kaum pendatang.
Suku yang bertempat tinggal di Jawa Timur didominasi oleh Suku Jawa, Madura, dan orang Indonesia keturunan Tionghoa. Ada pula pendatang lain, meliputi keturunan Arab dan India.
Warisan Budaya di Jawa Timur
Jawa Timur ialah salah satu provinsi yang mempunyai banyak pendekar nasional. Ibukota Surabaya bahkan menjadi saksi sejarah di balik kejadian bersejarah 10 November yang lalu ditetapkan dan dirayakan selaku Hari Pahlawan setiap tahunnya.
Masyarakat Jawa Timur lazimnya masih menjaga banyak sekali tradisi yang diwariskan nenek moyangnya. Misalnya penggunaan bahasa daerah. Bahasa yang dipakai sehari-hari yaitu bahasa Jawa dengan aksen khas Jawa Timur. Namun beberapa kota dan keseluruhan Pulau Madura memakai bahasa Madura.
Untuk tradisi kesenian, beberapa diantara tengah menuju kepunahan akhir kurangnya perhatian dari pemerintah maupun penduduk , contohnya kesenian Ludruk yang mulai kehilangan peminat. Namun beberapa jenis tari daerah Jawa Timur, mirip Reog Ponorogo dan Tari Gandrung Banyuwangi masih menerima perhatian.
Warisan budaya lain yang masih dipertahankan hingga sekarang yakni pakaian etika Jawa Timur. Hingga sekarang, baju budbahasa Jawa Timur masih mampu kita dapatkan dengan gampang, baik dalam keseharian, acara adat, maupun ijab kabul.
Ciri Khas Baju Adat Jawa Timur
Karakteristik utama dari pakaian tradisional Jawa Timur ialah bentuknya yang bagus dan indah untuk dipandang. Jika kita lihat sekilas, akan terlihat jika busana dari Jawa Timur memiliki kesamaan dengan pakaian etika Jawa Tengah.
Persamaan ini dikarenakan Jawa Tengah dan Jawa Timur menerima imbas kebudayaan yang serupa dikalangan masyarakat. Akan tetapi, terdapat beberapa perbedaan fundamental dibarengi makna filosifs dari baju adat tersebut.
Corak baju adat Jawa Tengah lebih menonjolkan segi kesopanan serta tata krama tinggi, sedangkan corak baju budbahasa Jawa Timur cenderuk memperlihatkan nilai ketegas namun dengan nilai estetika tinggi. Dari dua jenis busana adab tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa budaya Jawa Timur mempunyai karakteristik tersendiri.
Pakaian Adat Jawa Timur
Jawa Timur memiliki berbagai jenis pakaian etika. Khusus untuk baju akad nikah, modelnya masih berhubungan dan serupa dengan busana adat Jawa Tengah. Sementara untuk busana tradisional yang dipakai sehari-hari, biasanya bermodel dari baju tempat Madura.
1. Pakaian Mantenan
Pakaian adab Jawa Timur ini khusus digunakan oleh pengantin atau yang dalam bahasa Jawa disebut dengan “manten”. Pakaian ini dikenakan kedua mempelai pada saat melaksanakan prosesi pernikahan dengan menggunakan akhlak Jawa Timur.
Dalam perkembangannya kini, banyak pengantin yang masih mengikuti keseluruhan sistem ijab kabul adab, lengkap dengan pakaiannya. Namun ada pula yang hanya mengadopsi pakaiannya saja, namun tidak melaksanakan prosesi akad nikah dengan lengkap.
Baju Mantenan berwarna dasar hitam, baik untuk laki-laki maupun wanita. Untuk memperindah performa, terdapat sulaman benang emas mulai dari bab leher, sampai ke dada, dan menyambung ke seluruh bagian pinggir, tergolong ujung lengan. Akaesoris yang dikenakan antara lain odheng, bunga melati, arloji, kain selempang, tongkat, dan lain-lain.
Pakaian Mantenan Jawa Timur kurang lebih serupa dengan busana tradisional Jawa Tengah. Tidak mengherankan, karena di kurun lalu kerajaan di Jawa Tengah memiliki wilayah dengan kekuasaan dan imbas besar, khususnya di Pulau Jawa dan Bali. Tradisi Jawa Tengah banyak diubahsuaikan oleh masyarakatJawa Timur, Jawa Barat, dan Bali.
2. Kebaya Rancongan
Selain mendapat imbas dari budaya Jawa tengahm, ada pula pakaian etika Jawa Timur juga kental oleh efek Suku Madura, yakni Kebaya Rancongan yang dikenakan oleh wanita Madura. Kebaya ini didominasi warna merah, biru, dan hijau dibentuk dengan pola yang mengikuti bentuk tubuh perempuan yang memakainya.
Model yang mengikuti lekuk tubuh ini mempunyai arti bahwa wanita Madura yakin diri dan menghargai keindahan bentuk badan mereka, apapun ukurannya. Hal ini juga berkaitan dengan beragam ramuan tradisional Madura yang dikenal di seluruh nusantara. Wanita Madura rajin mengonsumsi minuman tradisional sejak kecil.
Kebaya Rancongan memiliki motif yang sederhana. Biasanya terbuat dari kain tipis dan menerawang, seperti brokat. Untuk bawahannya, perempuan Madura mengenakan kain batik yang dikenakan mirip rok panjang. Motifnya bisa beragam, contohnya Lasem, Strojan, dan Tabiruan.
Agar lilitan kain batik lebih berpengaruh, perempuan Madura menambahkan stagen yang disebut Odhet. Cara mengenakannya sama mirip stagen pada umumnya, ialah dililitkan mengelilingi perut.
Wanita Madura sudah tersohor menggemari komplemen yang mencolok atau berskala besar. Begitu juga ketika mengenakan Kebaya Rancongan. Beberapa tambahan yang mereka kenakan yaitu giwang emas, kalung emas yang berupa biji jagung, dan sisir emas yang dinamakan Sisir Dinar atau Sisir Cucuk.
Hingga kini, Kebaya Rancongan masih sering dipakai untuk upacara akhlak tertentu. Masyararat Madura juga sering menggunakannya untuk program wisuda, Hari Kartini, dan Dirgahayu Kemerdekaan Republik Indonesia.
3. Baju Sakera
Pakaian tradisional Jawa Timur ini mungkin paling kerap kita dapatkan. Baju Sakera memiliki motif garis-garis merah dan putih, bahannya mampu berupa kaos ataupun kain katun. Pakaian khas laki-laki Madura ini sering dikenakan dalam berbagai program akhlak.
Garis-garis merah putih mempunyai makna perilaku tegas yang sangat lekat dengan susila orang Madura. Selain itu, warna ini juga melambangkan semangat juang tinggi para laki-laki Madura.
Dalam pemakaiannya, Baju Sakera dilengkapi dengan busana luaran yang berwarna hitam dan dibiarkan terbuka tanpa dikancing. Untuk bawahannya, pria Madura mengenakan celana longgar berwarna hitam.
4. Celana Kombor
Celana asli dari kota Ponorogo ini sangat khas alasannya adalah memiliki teknik jahitan khusus. Celana kombor Jawa Timur dikenakan selaku pasangan baju Gothil. Celana Kombor sangat tenteram dikenakan sebab modelnya yang longgar.
Di bab pinggang, terdapat kolor atau karet dari materi lawe. Bagian ujungnya sengaja dibuat menjuntai. Model ini dimaksudkan agar laki-laki yang memakainya tampaklebih gagah dan sangar.
5. Pakaian Cak dan Ning
Sesuai dengan namanya, pakaian ini hanya dikenakan ketika gelaran lomba penyeleksian Cak dan Ning Jawa Timur. Ajang ini yaitu pemilihan cowok dan pemudi mirip layaknya Abang None dari Jakarta. Pesertanya adalah cowok dan pemudi dari seluruh daerah Jawa Timur.
Pemuda atau dewasa putra yang merupakan calon Cak mengenakan beskap atau jas tutup. Di sakunya disertakan aksesoris berupa Kuku Macan. Untuk bawahannya, mereka mengenakan kain jarik dan sapu tangan warna merah. Sementara untuk ganjal kakinya memakai Terompah.
Untuk dewasa putri yang merupakan kandidat Ning lazimnya mengenakan kebaya. Untuk bawahannya, sama dengan pria, yakni mengenakan kain jarik. Untuk menghias kepala, mereka mengenakan kerudung yang pinggirnya dihiasi renda. Kerudung ini disampirkan secara longgar. Selain itu, mereka juga mengenakan selendang.
Busana wanita pasti kurang lengkap tanpa penggunaan komplemen. Calon Ning lazimnya melengkapi tampilan mereka dengan anting dan gelang. Mereka juga mengenakan selop sebagai ganjal kaki.
6. Sarong Bahan
Pakaian ini juga sering dikenakan oleh masyarakat Jawa Timur. Sarong Bahan terbuat dari kain sutra pilihan yang bermutu tinggi, sehingga lembut dan nyaman dikala dikenakan.
Warna yang paling sering dipakai ialah warna menonjol , misalnya kuning keemasan. Namun sebetulnya Sarong Bahan juga tersedia dalam pilihan warna bermacam-macam dan bisa diadaptasi dengan selera pemiliknya. Ada juga warna khas lainnya seperti warna putih yang dihiasi dengan corak kotak-kotak berwarna hijau atau biru.
7. Odheng Santapan
Odheng santapan yakni perlengkapan pakaian budpekerti dari Jawa Timur berupa kupluk atau peci yang yang dibuat dari batik bercorak khas Jawa Timur. Peci ini digunakan oleh laki-laki di bab kepala.
Corak batik untuk membuat odheng santepan berasal dari motif batik populer, mirip motif telaga biru yang juga disebut storjoan. Kupluk atau peci ini berbentuk segitiga dengan ukuran yang dapat disesuaikan dengan kepala pemakainya. Oleh karena itu, kebutuhan panjang kain batik berbeda-beda.
8. Pese’an Madura
Pese’an madura ialah pakaian etika Madura dengan bentuk dan warna yang familiar. Baju ini berisikan dua lapisan, ialah baju luar berwarna hitam dan baju dalam motif belang berwarna merah putih atau merah hitam. Saat mengenakan baju ini, biasanya digunakan bawahan berbentukcelana longgar dengan panjang sebatas mata kaki.
Dahulu pakaian ini hanya dikenakan oleh masyarakat Madura, tetapi sekarang sudah makin populer di nusantara bahkan luar negeri. Bahkan ketika ini sudah digunakan oleh banyak orang di Jawa Timur. Dulunya bahan pengerjaan baju akhlak Madura ini berasal dari kain cina, akan tetapi kini telah dibentuk oleh orang-orang Madura.
9. Odheng Tapoghan
Bentuk odheng tapoghan nyaris serupa dengan odhen sajian, tetapi dengan beberapa perbedaan. Odheng tapoghan umumnya dikenakan oleh laki-laki. Keunikan dari odheng tapoghan adalah adanya ikon bunga selaku dekorasi yang manis, serta soga.
Soga dibuat menyerupai pengecap api yang menyala-nyala. Bahan untuk menjadikannya adalah kain batik dengan corak dan desain yang disesuakan dengan nilai yang hendak disampaikan. Ikat kepala ini berupa segitiga, dimana keseluruhan rambut tidak akan tertutupi.
10. Udheng Ponorogo
Udheng ponorogo merupakan penutup kepala yang berasal dari daerah Ponorogo. atribut ini ialah bagian dari busana budpekerti khas Ponorogo. Selain berjulukan demikian, kadang kala juga disebut selaku udeng wulung atau udeng warok.
Dalam bahasa Ponorogo, udeng bermakna ikat kepala. Udheng dari ponorogo mempunyai corak unik dengan motif putih selebar jari tangan yang terdapat di bagian pinggir dan tengah.
11. Penadhon
Penadon adalah baju akhlak yang berasal dari kawasan Ponorogo. Baju ini seperti dengan baju tradisional dari Madura, yakni baju pe’sean. Akan tetapi ada sedikit perbedaan, yaitu baju penadon ditambahkan gambar reog atau barong selaku ikon kesenian dari kota Ponorogo.
12. Baju Gothil
Baju gothil juga disebut busana warok ponorogo yang dikenakan oleh laki-laki. Warna busana tradisional ini hitam polos dengan ukuran longgar serta lengan panjang. Dalam pembuatannya, baju gothil memakai teknik jahitan khusus sehingga tidak semua penjahit mampu menjadikannya.
13. Katemang Kalep
Katemang kalep merupakan ikan pinggang atau sabuk yang dijadikan pemanis busana adab Jawa Timur. Sebutan lain untuk katemang kalep yakni katemang raja.
Bentuk ikat pinggang ini lebar dengan bagian depan dilengkapi saku untuk menyimpang duit. Bahan pembuatnya adalah kulit sapi yang berwarna cokelat polos.
14. Sabuk Othok
Sabuk othok yakni ikat pinggang yang berasal dari Ponorogo. Bentuk sabuk ini mirip seperti katemang kalep tetapi warnanya hitam. Ikat pinggang ini lazimnya dipakai selaku komplemen busana warok ponorogo.
15. Alas Kaki
Di Jawa Timur, alas kaki atau sandal juga menjadi bagian penting dari busana adab. Umumnya sandal dikenakan oleh perempuan, tetapi tidak menutup kemungkinan juga dipakai oleh pria.
Sandal ini disebut dengan terompah dengan bentuk terbuka dan longgar pada bagian ujungnya. Alas kaki ini dilengkapi dengan penjepit yang berfungsi menjepit jari kaki semoga nyaman digunakan. Bahan pembuatnya yakni kulit sapi.
16. Senjata Tradisional
Hampir semua busana budpekerti di Nusantara dikenakan dengan aksesoris senjata tradisional. Penggunaan senjata sebagai aksesori baju tradisional Jawa Timur juga berlaku, misalnya clurit yang dipakai oleh tukang sate yang mengenakan bajua pesa’an madura.
Comments
Post a Comment